Mimpi Jalan Mulus di Mentawai Berakhir di Kubangan Lumpur: Kisah Pilu Warga Muaro Taikako

MUARO TAIKAKO, KEPULAUAN MENTAWAI - Di tengah keindahan alam Kepulauan Mentawai yang memukau, tersimpan sebuah kisah pahit yang menggerogoti harapan warga Muaro Taikako. Impian akan akses jalan yang layak, yang sempat membuncah bagai ombak di pantai Siberut, kini terhempas dan meninggalkan genangan kekecewaan yang dalam. Proyek pembangunan jalan sepanjang tak lebih dari satu kilometer, yang dijanjikan akan menjadi urat nadi transportasi, kini hanya menyisakan jejak alat berat yang berkarat dan kubangan lumpur yang semakin dalam diterpa hujan.

Bagi masyarakat Muaro Taikako, kabar pemutusan kontrak proyek pada 15 Desember 2024, antara Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui Dinas PUPR dengan kontraktor CV Robby Putra, bagai petir di siang bolong. Alasan resmi yang tertera di laman LPSE, yang menyebutkan kontraktor lalai dan tak mampu memperbaiki kinerja, terasa dingin dan jauh dari realita yang mereka hadapi sehari-hari.

"Seharusnya pemerintah kepulauan melalui Dinas PUPR bisa mencarikan solusi untuk sementara, bagaimana masyarakat bisa menggunakan fasilitas jalan dengan aman, sebelum melakukan pemutusan kontrak," lirih seorang tokoh masyarakat setempat yang memilih untuk tidak disebutkan namanya. Nada prihatinnya jelas menggambarkan kekecewaan mendalam atas situasi yang kini mereka alami. Janji penanganan sementara terasa hambar, tak mampu mengobati luka harapan yang menganga.

Seorang warga lainnya juga tak mampu menyembunyikan betapa krusialnya jalan ini bagi kehidupan mereka. "Tentu kami selaku masyarakat sangat membutuhkan akses jalan yang baik bukan sebaliknya. Dengan kondisi jalan sekarang sangat kesulitan menggunakan akses jalan ini," tuturnya, menggambarkan perjuangan sehari-hari mereka menembus jalan yang kini lebih mirip jalur off-road berlumpur.

Ironisnya, kenangan akan kondisi jalan sebelum proyek ini dikerjakan justru menjadi cambuk bagi kekecewaan mereka. "Karena panjang jalan ini lebih kurang satu kilometer, karena yang kami alami sebelum dikerjakan kami masih bisa melalui dengan baik tetapi sekarang lebih sulit lagi untuk di tempuh kendaraan, karena semua sudah jadi lumpur," jelasnya dengan nada getir. Jalan yang dulunya masih bisa dilalui dengan susah payah, kini berubah menjadi labirin lumpur yang mengurung aktivitas warga.

Di tengah keputusasaan warga, jawaban dari Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kepulauan Mentawai, Asmen Simanjorang, melalui pesan WhatsApp pada 17 April 2025, terasa bagai oase di tengah gurun, namun sayangnya, belum mampu menyejukkan hati yang gundah. Beliau menyampaikan beberapa poin penting: audit dari BPK masih berlangsung, tidak ada kegiatan swakelola untuk jalan tersebut di tahun anggaran 2025, dan penanganan yang telah dilakukan hanya berupa penyekerapan sekadar untuk melancarkan lalu lintas.

Penjelasan ini, meski memberikan sedikit gambaran tentang langkah pemerintah, belum mampu menjawab keresahan mendasar masyarakat. Penyekerapan, yang seharusnya menjadi solusi sementara, tampaknya belum efektif mengatasi dampak buruk proyek yang terbengkalai, terutama saat hujan mengguyur dan mengubah jalan menjadi lautan lumpur.

Kisah di Muaro Taikako ini menjadi cerminan betapa pentingnya perencanaan yang matang, pengawasan yang ketat, dan komunikasi yang efektif dalam setiap proyek pembangunan. Lebih dari sekadar angka dan target, proyek infrastruktur adalah tentang harapan dan kesejahteraan masyarakat. Kegagalan proyek jalan ini bukan hanya tentang terhentinya pembangunan fisik, tetapi juga tentang pupusnya harapan dan semakin sulitnya kehidupan sehari-hari bagi warga Muaro Taikako yang kini harus berjuang menembus kubangan lumpur, di tengah janji-janji yang belum terpenuhi. Mereka hanya bisa berharap, di tengah dinginnya malam Mentawai, akan adanya secercah harapan baru untuk jalan yang akhirnya benar-benar bisa mereka lalui dengan aman dan nyaman. (And) 


Topik Terkait

Baca Juga :