KJI Merangkul Gedung Sejarah: Harapan Baru Jurnalisme di Padang
PADANG, 12 APRIL 2025 - Ketika lembayung senja memeluk Kota Padang, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu, saat sebuah harapan yang pernah terucap menggema di benak para pegiat Kolaborasi Jurnalis Indonesia (KJI). Kata yang diucap Fauzi Bahar, figur kharismatik yang menjabat sebagai Ketua LKAAM Sumatera Barat periode 2021–2026, menunjuk sebuah gedung dengan keyakinan: tempat ini berpotensi menjadi rumah bagi KJI untuk merajut kata dan mengukir karya.
Dipenuhi rasa ingin tahu, rombongan KJI menyusuri jalanan kota yang mulai diselimuti keheningan senja. Tujuan mereka adalah Gedung Abdullah Kamil, sebuah bangunan megah bergaya rumah gadang yang berdiri kokoh di Jalan Diponegoro. Dahulu ia adalah pusat gemilang Yayasan Genta Budaya, didirikan oleh visioner Abdullah Kamil. Namun kini, bangunan itu tampak merenung, seolah menanti sentuhan kasih yang akan menghidupkan kembali memori kejayaannya.
Mukhtisar, salah seorang pendiri KJI, menatap Gedung Abdullah Kamil dengan mata berbinar. Langkahnya menuntun rombongan menyusuri setiap sudut yang menyimpan jejak kegiatan kebudayaan di masa lampau. Di antara ruang-ruang yang dulunya menjadi saksi bisu studi, seminar, diskusi, pameran seni, dan pertunjukan, sebuah ide cemerlang tiba-tiba menyeruak dalam benaknya. "Salah satu ruangan di gedung ini," ucapnya penuh semangat, "sungguh layak untuk kita jadikan wadah aktivitas KJI," ide yang langsung diamini oleh Denni Handani, rekan pendirinya.
Seolah semesta pun merestui, di tengah hangatnya perbincangan tentang harapan itu, hadir sosok Dr. Drs. M. Sayuti Datuak Rajo Panghulu, M.Pd. Beliau adalah tokoh Minangkabau yang penuh wibawa, yang pernah memimpin LKAAM justru di gedung yang kini tampak menyimpan kenangan ini. Meski usianya telah senja, 65 tahun telah terlewati, namun memori indah bersama dunia pers masih bersemi di hatinya. Senyum tulusnya menyambut ide KJI, mengalirkan dukungan bagai mata air yang tak pernah kering. "Tanpa media, kita bukanlah siapa-siapa," tuturnya dengan bijak, sebuah ungkapan yang lahir dari pemahaman mendalam akan peran krusial jurnalisme dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketika Mukhtisar menyampaikan impian sederhana namun membara untuk menghidupkan kembali salah satu ruang di gedung bersejarah ini, Sayuti Datuak Rajo Panghulu tanpa ragu menjawab, "Kita akan bantu." Janji itu bukanlah sekadar kata-kata penghibur, melainkan sebuah jembatan kokoh yang menghubungkan masa lalu dan masa depan, merangkai kearifan tradisi dengan semangat jurnalisme modern.
Sejarah mencatat, peletakan batu pertama Gedung Abdullah Kamil pada tanggal 13 Agustus 1988 oleh Gubernur Sumatera Barat kala itu, Hasan Basri Durin, dengan disaksikan oleh Emil Salim, menjadi penanda betapa pentingnya tempat ini bagi denyut nadi kebudayaan di Padang. Gedung tiga lantai berarsitektur Rumah Gadang ini, yang berdiri di atas lahan seluas 4.314,40 meter persegi hibah dari Pemerintah Kota Padang, diresmikan dengan penuh khidmat pada 7 Mei 1992 oleh Ibu Negara tercinta, Siti Hartinah.
Setiap lantainya menyimpan cerita tersendiri. Lantai pertama menjadi ruang bagi pengurus yayasan, sekretariat yang penuh kesibukan, perpustakaan yang menyimpan ribuan ilmu, peneliti yang bergelut dengan data, bahkan pernah menjadi kantor bagi LKAAM. Lantai kedua menjadi saksi bisu berbagai pertunjukan seni di aula megah berkapasitas 300 kursi dan pameran seni yang memukau mata. Sementara lantai ketiga menjadi ruang bertukar pikiran yang hangat dalam ruang seminar yang mampu menampung hingga 250 peserta.
Kini, semangat untuk menghidupkan kembali Gedung Abdullah Kamil kembali membara. Kolaborasi yang terjalin antara KJI dan para tokoh yang peduli akan warisan budaya ini bukan hanya sekadar memanfaatkan ruang kosong. Lebih dari itu, ini adalah tentang merajut kembali semangat kebersamaan dan sinergi yang harmonis antara dunia jurnalisme dan kearifan lokal di jantung Kota Padang. Sebuah babak baru tengah ditulis, di mana warisan budaya yang luhur dan semangat menyampaikan kebenaran bergandengan tangan, menciptakan simfoni indah di tengah hiruk pikuk zaman yang terus bergerak. Harapan pun merekah di senja Padang, seiring dengan potensi Gedung Abdullah Kamil untuk kembali bersinar sebagai rumah bagi para pencari kebenaran dan pengabdi informasi. (And)