Sungai Banda Bakali "Tercekik" Sedimen, Warga Padang Resah Bayang-Bayang Banjir dan Wabah Penyakit
PADANG, SUMATERA BARAT – 10 MARET 2025 - Pemandangan Sungai Banda Bakali, yang membelah kawasan Kota Padang, kini berubah memprihatinkan. Tumpukan material sedimen terlihat menggunung di sepanjang aliran sungai, bahkan rerumputan liar sudah mulai tumbuh subur di atasnya. Kondisi ini bukan hanya merusak estetika lingkungan, namun juga menebar keresahan di antara warga yang tinggal di tepian sungai.
Warga Alai Parak Kopi, Kecamatan Padang Utara, menjadi salah satu komunitas yang paling merasakan dampak dari pendangkalan sungai ini. Mereka menyaksikan langsung bagaimana laju air sungai melambat akibat sedimentasi, memicu penumpukan sampah di berbagai titik. Lebih dari itu, bayang-bayang banjir kini menghantui tidur mereka, terutama saat hujan deras mengguyur kota.
"Dulu air mengalir deras, sampah pun ikut hanyut. Sekarang, air seperti 'terhenti', sampah jadi menumpuk. Kalau hujan lebat, kami tidak bisa tidur nyenyak, takut banjir," ungkap seorang warga Alai Parak Kopi dengan nada cemas. Ketakutan warga ini bukan tanpa alasan. Pendangkalan sungai secara signifikan mengurangi kapasitas tampungan air, sehingga meningkatkan risiko luapan saat curah hujan tinggi.
Selain ancaman banjir, tumpukan sedimen ini juga menjadi "surga" bagi nyamuk. Air yang menggenang akibat aliran yang tersumbat menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan serangga pembawa penyakit tersebut. "Setiap sore menjelang malam, nyamuk seperti 'gentayangan' di rumah-rumah warga. Kami terpaksa harus selalu sedia obat nyamuk," keluh warga lainnya. Kekhawatiran akan wabah penyakit pun semakin meningkat seiring dengan kondisi sungai yang semakin memburuk.
Menurut keterangan warga, masalah sedimentasi ini sudah berlangsung cukup lama dan semakin parah dari waktu ke waktu. Mereka menduga, aktivitas pembangunan di wilayah hulu sungai menjadi salah satu penyebab utama peningkatan sedimentasi. Material tanah dan pasir terbawa aliran air hingga akhirnya mengendap di Sungai Banda Bakali.
Menyikapi situasi darurat ini, warga sekitar alur Sungai Banda Bakali berharap penuh kepada Balai Wilayah Sungai Sumatera V (BWSS-V) Padang untuk segera turun tangan. Pengerukan sungai menjadi solusi mendesak yang diharapkan warga dapat mengatasi masalah sedimentasi dan mengembalikan fungsi sungai sebagai jalur air yang lancar.
"Kami sangat berharap BWSS-V segera melakukan pengerukan. Ini demi keselamatan dan kesehatan kami juga," ujar salah seorang tokoh masyarakat setempat. Hingga berita ini diturunkan, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWSS) V Padang, Naryo Widodo, belum memberikan tanggapan terkait keluhan warga dan permintaan pengerukan sungai ini.
Kondisi Sungai Banda Bakali saat ini menjadi potret buram pengelolaan lingkungan perkotaan. Jika tidak segera diatasi, sedimentasi bukan hanya mengancam keselamatan dan kesehatan warga, tetapi juga merusak ekosistem sungai yang vital bagi kehidupan. Pertanyaan besar kini menggantung: akankah pihak terkait segera bertindak sebelum bencana benar-benar terjadi?.
Penulis: Andarizal, KJI