Setahun dalam Kegelapan: Misteri Hilangnya Cika, Mahasiswi Padang Pariaman, dan Jeritan Ibu yang Mencari Keadilan
Dalam labirin waktu yang telah menggerus satu tahun kalender, kabut misteri masih pekat menyelimuti hilangnya Siska Oktavia Rusdi, seorang mahasiswi cerah yang akrab disapa Cika. Dari Kecamatan Batang Anai yang tenang di Kabupaten Padang Pariaman, Cika seolah lenyap ditelan bumi pada tanggal 13 Januari 2024. Setahun berlalu, namun jawaban tak kunjung tiba, menyisakan luka menganga bagi keluarga dan tanda tanya besar di benak masyarakat.
Cika, bukan sekadar nama dalam berkas laporan orang hilang. Ia adalah anak perempuan, seorang mahasiswi dengan impian yang mungkin tengah dirajut, seorang sahabat, dan anggota masyarakat yang keberadaannya kini menjadi teka-teki pilu. Pada Jumat pagi, 12 Januari 2024, mentari Batang Anai menyapa hari itu seperti biasa. Namun, bagi keluarga Rusdi, hari itu menjadi garis batas antara kehidupan normal dan lorong gelap ketidakpastian. Pukul 9 pagi, Cika berpamitan untuk pergi ke Kota Padang bersama temannya, Adek Rostiana. Langkah kaki mereka membawa harapan akan hari yang produktif, namun siapa sangka, itu adalah jejak terakhir Cika yang terlihat.
Senyap malam menggantung semakin berat ketika Cika tak kunjung kembali. Kecemasan berbisik menjadi teriakan panik. Keluarga bergegas melaporkan hilangnya Cika ke Polsek Batang Anai, memulai sebuah babak panjang dalam penantian yang menyakitkan. Waktu berjalan, hari berganti minggu, minggu menjadi bulan, dan kini, bulan telah menjelma tahun. Namun, kejelasan tentang keberadaan Cika tetaplah fatamorgana.
Di tengah penantian yang mencekik, ibu Cika, dengan air mata yang tak lagi mampu dibendung, memberanikan diri menghadap kamera Padang TV. Dalam wawancara yang disiarkan Detak Sumbar, isak tangisnya pecah memohon keadilan. Bukan kepada polisi, bukan kepada pemerintah daerah, melainkan langsung kepada pucuk pimpinan tertinggi negeri ini, Presiden Prabowo. "Ibu sudah lelah," lirihnya dengan suara bergetar, suara seorang ibu yang remuk redam menahan kerinduan dan ketidakberdayaan. "Sudah setahun kami menunggu, tapi belum ada perkembangan. Saya berharap Presiden Prabowo dapat membantu kami, karena kami merasa tidak mendapatkan keadilan."
Kata-kata itu, sederhana namun menusuk kalbu, menjadi representasi kepedihan mendalam yang dirasakan keluarga Cika. Mereka merasa suara mereka hilang di antara hiruk pikuk administrasi dan birokrasi. Laporan yang mereka ajukan seolah tak bergaung, tak mendapatkan perhatian yang mereka yakini layak didapatkan.
Upaya pencarian mandiri telah dilakukan. Setiap sudut yang mungkin terlintas dalam pikiran telah disisir, setiap informasi kecil telah dikejar. Namun, hasilnya selalu nihil. "Kami sudah melakukan segala usaha, namun tidak ada kabar," ungkap seorang kerabat dengan nada suara yang mencerminkan kelelahan fisik dan mental.
Masyarakat setempat pun tak tinggal diam. Kekecewaan atas lambatnya penanganan kasus ini menggema. Harapan sempat menyala ketika sebelas hari setelah hilangnya Cika dan Adek, motor yang mereka gunakan ditemukan di dekat Kampus MTI Tabing, Kota Padang. Penemuan pada tanggal 23 Januari 2024 itu bak secercah cahaya di tengah kegelapan. Namun, cahaya itu redup dengan cepat. Motor itu ada, namun jejak Cika dan Adek tetap menghilang, seolah ditelan dimensi lain.
Setahun berlalu, kasus ini kembali mencuat, viral di tengah masyarakat yang peduli. Pihak kepolisian kembali bergerak, mengumpulkan orang-orang terdekat Cika dan Adek. Namun, lagi-lagi, hasilnya tak memuaskan. Penyelidikan yang dilakukan belum membuahkan titik terang yang berarti. Keluarga Cika kembali merasakan pahitnya kekecewaan, dan sang ibu kembali menyuarakan kesedihannya di hadapan publik.
"Kami tidak tahu harus berbuat apa lagi," ratap ibu Cika, air mata kembali membasahi pipinya. "Kami hanya ingin tahu di mana anak kami berada. Kami hanya meminta keadilan." Dalam setiap kalimatnya, terpancar harapan yang masih menyala redup di tengah keputusasaan yang mendalam. Harapan agar keajaiban terjadi, harapan agar Cika ditemukan dalam keadaan selamat, harapan agar pihak berwenang akhirnya memberikan perhatian penuh pada kasus ini.
Kisah hilangnya Cika adalah potret buram dari penantian tanpa ujung, sebuah misteri yang menggerogoti hati keluarga dan menguji kesabaran masyarakat. Lebih dari sekadar kasus kriminal, ini adalah kisah tentang manusia, tentang keluarga, tentang harapan yang nyaris padam, dan tentang jeritan keadilan yang menggema di tengah sunyi. Keluarga Cika, dan mungkin kita semua, hanya bisa berharap, semoga di balik kabut misteri yang pekat ini, keadilan akhirnya menemukan jalannya, dan Cika, mahasiswi yang hilang itu, dapat segera ditemukan dan kembali ke pelukan keluarganya.
Penulis: Andarizal