Sentuhan Qolbu di Bulan Ramadhan: Hikmah Mendalam dari Prof. Ganefri
16 MARET 2025 - Bulan Ramadhan kembali hadir, membawa serta limpahan rahmat dan ampunan. Lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga, bulan suci ini adalah madrasah jiwa yang mendidik kita menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam memahami kedalaman hikmah Ramadhan, kita dapat merenungkan pandangan seorang tokoh pendidikan terkemuka, Prof. Drs. H. Ganefri, Datuak Djunjungan Nan Bagadiang, M.Pd., Ph.D., mantan Rektor Universitas Negeri Padang yang telah mengabdikan diri hingga Juni 2024.
Prof. Ganefri, dengan kearifan seorang pemimpin dan pendidik, merangkum inti sari hikmah Ramadhan dalam tiga dimensi utama: spiritual, sosial, dan pribadi. Mari kita telaah lebih dalam bagaimana pandangan beliau dapat menyentuh relung hati kita.
Menggapai Kedalaman Spiritual: Prof. Ganefri menekankan bahwa "Bulan Ramadhan membantu meningkatkan kesadaran spiritual dengan memfokuskan diri pada ibadah dan pengabdian kepada Allah." Di tengah hiruk pikuk dunia, Ramadhan hadir sebagai oase ketenangan. Kita diajak untuk lebih khusyuk dalam shalat, memperbanyak membaca Al-Qur'an, dan merenungi makna setiap ayatnya. Puasa itu sendiri, lanjut beliau, "mengajarkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan," sebuah latihan mental yang menguatkan koneksi kita dengan Sang Khalik. Kesempatan emas juga terbentang untuk "meningkatkan kualitas ibadah dan memperkuat hubungan dengan Allah," menjadikan setiap detik di bulan ini sebagai investasi akhirat yang tak ternilai.
Menumbuhkan Empati dan Solidaritas Sosial: Hikmah Ramadhan tidak hanya berdimensi vertikal, namun juga horizontal. Prof. Ganefri mengingatkan bahwa "Bulan Ramadhan mengajarkan untuk lebih peduli dan empati terhadap orang lain, terutama mereka yang membutuhkan." Saat kita merasakan perihnya menahan lapar, hati kita akan lebih peka terhadap kesulitan yang dialami saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Lebih jauh, bulan ini "memperkuat solidaritas dan kebersamaan di antara umat Islam," melalui kegiatan berbuka puasa bersama, shalat tarawih berjamaah, dan berbagai amalan sosial lainnya. Kesempatan ini juga menjadi momentum untuk "meningkatkan kualitas sosial dan memperkuat hubungan dengan masyarakat," membangun jembatan kasih sayang dan kepedulian di lingkungan sekitar.
Memperkuat Pilar Pribadi: Ramadhan juga merupakan perjalanan introspeksi diri. Prof. Ganefri menyoroti bahwa melalui puasa, kita belajar "disiplin dan kontrol diri." Menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa melatih kekuatan iradah kita, mengendalikan hawa nafsu yang seringkali menjerumuskan. Bulan ini juga memberikan ruang untuk "mengembangkan kemandirian dan kemampuan mengelola diri," belajar mengatur waktu, energi, dan sumber daya dengan lebih bijak. Pada akhirnya, Ramadhan memberikan kesempatan untuk "meningkatkan kualitas hidup dan memperkuat hubungan dengan diri sendiri," menyadari potensi diri, memperbaiki kelemahan, dan menata kembali prioritas hidup.
Pandangan Prof. Ganefri ini mengingatkan kita bahwa Ramadhan adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Lebih dari sekadar ritual tahunan, bulan ini adalah kesempatan emas untuk mentransformasi diri menjadi pribadi yang lebih baik secara spiritual, sosial, dan personal. Mari kita resapi setiap hikmah yang beliau sampaikan, menjadikannya sebagai pedoman dalam menjalani ibadah puasa dan kehidupan kita secara keseluruhan. Dengan memahami dan mengamalkan hikmah Ramadhan, sebagaimana yang diungkapkan Prof. Ganefri, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dengan sesama dan memperkuat ikatan cinta dengan Allah SWT. Semoga Ramadhan kali ini benar-benar menyentuh qolbu kita dan membawa berkah yang berlimpah.
Editor: Andarizal