Padang, Panggung Budaya di Tengah Arus Zaman: Sang Wali Kota Menorehkan Janji Pelestarian

PADANG - 7 MARET 2025 - Di jantung Sumatera Barat, Kota Padang, dengan gemerlap lampu kota dan deburan ombak pantai, menyimpan sebongkah permata budaya yang tak ternilai. Dalam naungan Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas yang ke-43, Wali Kota Padang, Fadly Amran, tampil sebagai narator ulung, mengisahkan tentang kekayaan budaya kota yang terancam tergerus modernisasi.

Di hadapan ratusan pasang mata yang terpaku, sang wali kota membuka lembaran demi lembaran sejarah Padang. Kota ini, katanya, adalah panggung megah dengan 76 cagar budaya, saksi bisu perjalanan panjang peradaban. Di sana, bersemayam peninggalan bunker Jepang yang kokoh, rumah-rumah adat yang anggun, dan tradisi-tradisi luhur yang masih hidup dalam denyut nadi masyarakat.

Namun, Padang bukan hanya tentang benda-benda mati. Ia juga tentang enam warisan budaya tak benda yang menari-nari dalam ingatan kolektif masyarakat: Tari Balanse Madam yang lincah, Gamad yang menggema, Rumah Gadang Kajang Padati yang kokoh, Serak Gulo yang manis, Limau Baronggeng yang meriah, dan Saluang Pauh yang mendayu.

Sang wali kota, dengan suara lantang, menyerukan pentingnya pelestarian budaya di tengah arus modernisasi yang deras. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergandengan tangan, merawat dan mengembangkan warisan leluhur agar tidak lekang oleh waktu.

"Budaya adalah identitas kita, akar yang menancap kuat di bumi pertiwi," ujarnya, "Jangan biarkan modernisasi mencabut akar itu, jangan biarkan budaya kita tenggelam dalam lautan globalisasi."

Padang, dengan segala pesonanya, adalah panggung budaya yang tak pernah sepi dari pertunjukan. Setiap sudut kota ini adalah panggung, setiap warga adalah aktor yang memainkan peran dalam drama kehidupan. Mari kita jaga dan lestarikan warisan ini, agar Padang tetap menjadi panggung budaya yang gemilang, di mana tradisi dan modernitas berdampingan dengan harmonis.

Editor: Andarizal


Topik Terkait

Baca Juga :