Jeritan Pelanggan PDAM di Kota Padang: Dana Meteran, Belenggu atau Berkah?
Di tengah gemericik air yang seharusnya membasahi dahaga, terselip bisikan resah dari ribuan pelanggan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Kota Padang. Sebuah pungutan, yang bersembunyi di balik nama "dana meteran", sebesar Rp 7.500, kini menjadi duri dalam daging, menggores hati masyarakat.
Roni, Ketua DPW Sumbar Relawan PRABOWO SUBIANTO INDONESIA KUAT (REPRO), dengan lantang menyuarakan keraguan. "Apakah ini belenggu, ataukah berkah tersembunyi?" tanyanya, matanya menyorot tajam. "Dengan 147.170 pelanggan, pundi-pundi rupiah mengalir deras, mencapai miliaran. Ke mana gerangan aliran dana ini bermuara? Apakah sekadar membasahi dahaga korupsi?"
Hendra Pebrizal, Dirut Perumda, mencoba meredakan badai. "Dana ini untuk merawat sang pengukur, meteran. Jika ia terluka, kami obati. Setiap lima tahun, kami ganti jubahnya," ujarnya, suaranya bergetar. "Tahun lalu, 4.000 meteran telah kami sentuh."
Namun, Roni tak gentar. "Kami akan telusuri jejak-jejak penggantian itu, mengetuk pintu-pintu pelanggan," tegasnya. "Kami akan pastikan, setiap tetes rupiah digunakan dengan bijak, tidak menguap begitu saja."
Kasus serupa pernah mencuat di daerah lain, bagai petir yang menyambar di siang bolong. Apakah Kota Padang akan mengikuti jejak kelam itu?.
Di bawah langit Padang yang mendung, harapan masyarakat menggantung. Mereka merindukan air yang jernih, bukan hanya di keran, tetapi juga dalam pengelolaan dana publik. Akankah keadilan bersemi, ataukah korupsi terus menari di balik gemericik air?
Padang, 6 Maret 2025
Penulis: Andarizal