Dari Bilik Wisma Atlet ke Akademi Polisi: Kisah Heroik Dokter Putri Papua

SEMARANG – Di tengah gemerlap Kompleks Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, seorang putri Papua dengan senyum hangat dan mata berbinar, Dokter Marlina Putri Purnamasari Pekpekai (29), menorehkan babak baru dalam hidupnya. Lolos seleksi Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) tahun ini, Putri, sapaan akrabnya, membawa serta kisah heroik dari bilik-bilik Wisma Atlet Jakarta, tempat ia berjuang di garis depan pandemi Covid-19.

Langkah Putri menuju seragam cokelat tidaklah lazim. Lulusan Program Studi Kedokteran Umum Profesi Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) Jakarta ini awalnya mengabdikan diri sebagai dokter di tanah kelahirannya, Papua, melalui program internship di RS AL Merauke dan Puskesmas Karang Indah. Namun, takdir membawanya ke Jakarta, tepatnya ke Wisma Atlet, yang saat itu menjadi episentrum perjuangan melawan Covid-19.

"Sebagai dokter, saya merasa terpanggil untuk membantu. Kondisi waktu itu sangat darurat, pasien banyak, dan tenaga medis sangat dibutuhkan," tutur Putri, mengenang masa-masa sulit itu.

Enam bulan lamanya, Putri berjibaku di Wisma Atlet, mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap selama belasan jam, tanpa jeda. Ia menyaksikan langsung bagaimana virus tak kasatmata itu merenggut nyawa, bagaimana harapan dan keputusasaan bercampur aduk di setiap sudut ruangan.

"Itu benar-benar melelahkan, apalagi kalau bertugas di bagian critical. Satu dokter umum bisa menangani tiga lantai sekaligus, dan di setiap lantai ada puluhan pasien dengan kondisi beragam, dari ringan hingga berat," kisahnya.

Pengalaman di Wisma Atlet menempa Putri menjadi sosok yang tangguh dan penuh empati. Ia belajar tentang arti pengabdian yang sesungguhnya, tentang bagaimana sebuah senyuman kecil bisa menjadi oase di tengah gurun keputusasaan.

Setelah Wisma Atlet, Putri kembali mengabdikan diri sebagai relawan di Yayasan Tunas Bhakti Nusantara, terlibat dalam program vaksinasi "Vaksin Merdeka" yang digagas Polres Metro Bekasi. Di sinilah ia mulai berinteraksi dengan anggota Polri, melihat langsung bagaimana peran mereka tidak hanya sebatas penegakan hukum, tetapi juga merambah bidang kesehatan dan sosial.

"Saya melihat langsung bagaimana Polri turun tangan dalam program vaksinasi, sesuatu yang seharusnya menjadi tugas tenaga kesehatan. Dari situ saya mulai tertarik. Menjadi dokter polisi berarti saya bisa tetap menjalankan profesi medis sambil lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat," ungkapnya.

Kini, Putri telah resmi menjadi bagian dari keluarga besar Polri. Ia siap mengabdikan diri di tanah kelahirannya, Papua, membawa serta pengalaman dan semangat juang yang telah ia peroleh.

"Di Papua, tenaga kesehatan memang ada, tetapi penyebarannya belum merata. Saya ingin mengabdi dan membantu meningkatkan layanan kesehatan di sana," pungkasnya, dengan tekad bulat.

Kisah Dokter Putri adalah secercah harapan di tengah badai pandemi. Ia adalah bukti bahwa di balik seragam putih seorang dokter, terdapat jiwa ksatria yang siap mengabdi untuk negeri.

Editor: Andarizal


Topik Terkait

Baca Juga :