Dari Akar Payakumbuh Hingga Panggung Nasional: Perjalanan Abadi Irfendi Arbi

Di jantung Sumatera Barat, di tengah perbukitan Payakumbuh yang bergelombang, seorang bocah lelaki bernama Irfendi Arbi mengambil langkah pertamanya pada tanggal 20 April 1964. Tak seorang pun menyangka bahwa putra dari pasangan Arbi Biran dan Ratna Arbi ini suatu hari akan menjadi tokoh penting dalam lanskap politik Lima Puluh Kota dan akhirnya mengincar panggung nasional.

Masa kecil Irfendi, yang diwarnai pendidikan di Duri, Riau, dan kemudian kembali ke Lima Puluh Kota, meletakkan fondasi bagi kehidupan kepemimpinan. Bahkan di bangku sekolah, kemampuan alaminya untuk memimpin sudah terlihat, saat ia mengambil peran dalam organisasi siswa seperti OSIS dan Pramuka. Kecenderungan awal terhadap pelayanan dan organisasi ini terbukti menjadi ciri khas yang menentukan sepanjang karirnya.

Pencarian ilmunya membawanya ke Padang, tempat ia meraih gelar Insinyur Pertanian dan kemudian gelar Magister Pertanian dari Universitas Andalas. Masa kuliahnya tidak hanya terbatas pada akademisi; ia naik menjadi Ketua Senat Mahasiswa, sebuah bukti pengaruhnya yang berkembang dan kemampuannya untuk menggerakkan orang.

Transisi dari dunia akademis ke pelayanan publik merupakan perkembangan alami bagi Irfendi. Ia memulai karirnya sebagai asisten dosen di almamaternya, hingga akhirnya menjadi Pegawai Negeri Sipil. Komitmennya terhadap masyarakatnya semakin ditegaskan oleh jabatannya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Padang.

Tahun 2000 menandai terjun pertamanya ke kepemimpinan puncak Lima Puluh Kota, saat ia mencalonkan diri sebagai Bupati. Meskipun kemenangan tidak berpihak padanya pada upaya awal itu, pengalaman ini tidak diragukan lagi membentuk upaya politiknya di masa depan.

Titik balik terjadi pada tahun 2005 ketika masyarakat Lima Puluh Kota mengadakan pemilihan langsung pertama untuk memilih pemimpin mereka. Irfendi Arbi, yang berpasangan dengan Amri Darwis, mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati. Berjalan di bawah bendera koalisi partai-partai kecil, mereka menentang ekspektasi dan muncul sebagai pemenang. Ini menandai dimulainya perjalanannya yang berdampak dalam cabang eksekutif pemerintah daerah. Selama masa jabatannya sebagai Wakil Bupati (2005-2010), Irfendi mendedikasikan dirinya untuk berbagai organisasi masyarakat, memimpin badan-badan seperti Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ), Badan Narkotika Kabupaten (BNK), dan gerakan Pramuka setempat.

Pada tahun 2010, Irfendi mengincar jabatan tertinggi, mencalonkan diri sebagai Bupati. Meskipun mendapat dukungan dari Partai Demokrat, keberuntungan belum berpihak padanya saat itu. Namun, ketahanan dan hubungannya dengan masyarakat tetap kuat.

Akhirnya, pada tahun 2016, saat yang dinanti tiba. Irfendi Arbi dilantik sebagai Bupati Lima Puluh Kota, sebuah kulminasi dari pengabdian dan pelayanan bertahun-tahun. Bersama Wakil Bupatinya, Ferizal Ridwan, ia memimpin wilayah tersebut selama satu periode penuh, dari tahun 2016 hingga 2021, meninggalkan jejaknya pada pembangunan dan kemajuan daerah tersebut.

Bahkan setelah masa jabatannya sebagai Bupati berakhir, keinginan Irfendi untuk melayani tidak pudar. Dalam langkah yang menandakan ambisinya yang berkelanjutan untuk berkontribusi pada kemajuan masyarakatnya, ia bergabung dengan Partai NasDem pada tahun 2023. Awalnya mengincar kursi di DPD RI, ia kemudian memutuskan untuk mengejar posisi di DPR RI untuk pemilihan tahun 2024, didorong oleh dukungan yang ia rasakan dari masyarakat Lima Puluh Kota.

Sepanjang karirnya, Irfendi Arbi mempertahankan hubungan yang kuat dengan media lokal, menyadari peran vital mereka dalam demokrasi yang sehat. Baik itu mendorong jurnalisme profesional menjelang pemilu atau mengulurkan tangan membantu selama masa bencana, keterlibatannya dengan pers menggarisbawahi pemahamannya tentang pentingnya komunikasi dan dukungan masyarakat.

Dari hari-hari awalnya di Payakumbuh hingga aspirasi saat ini di panggung politik nasional, perjalanan Irfendi Arbi adalah narasi yang menarik tentang dedikasi, ketekunan, dan komitmen yang mendalam untuk melayani masyarakat Sumatera Barat. Kisahnya adalah pengingat bahwa jalan menuju kepemimpinan seringkali dipenuhi dengan tantangan dan kemenangan, dan ukuran sejati seorang pemimpin terletak pada pengabdian mereka yang tak tergoyahkan terhadap kesejahteraan masyarakat mereka.

Editor: Andarizal


Topik Terkait

Baca Juga :