PADANG – Bulan Ramadan semakin dekat, dan Kota Padang bersiap menyambutnya dengan tradisi "Balimau" yang telah diwariskan secara turun-temurun. Namun, tahun ini, tradisi tersebut diwarnai dengan imbauan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang untuk melakukan "Balimau" di rumah saja, bukan di tempat umum.

"Balimau", tradisi membersihkan diri dengan mandi di air mengalir, merupakan kearifan lokal yang telah mengakar kuat di Sumatera Barat. Biasanya dilakukan sehari sebelum memasuki bulan puasa, tradisi ini menjadi simbol penyucian diri secara lahir dan batin. Namun, MUI Kota Padang mengingatkan masyarakat untuk menghindari perbuatan dosa dan hal-hal yang tidak diinginkan dengan melakukan "Balimau" di rumah.

"Ketika mandi di tempat terbuka, aurat terlihat, berbaur dengan bukan sesama muhrim, tentu akan menambah dosa, sementara niat melakukan 'Balimau' untuk mensucikan diri dari dosa sebelum puasa," ujar Ketua MUI Padang, Japeri Jarab, (28/2/2025). 

Imbauan ini tentu memicu diskusi di kalangan masyarakat. Di satu sisi, tradisi "Balimau" di tempat umum telah menjadi bagian dari perayaan menyambut Ramadan. Di sisi lain, imbauan MUI mengingatkan akan pentingnya menjaga nilai-nilai agama dalam tradisi tersebut.

Pemerintah Kota Padang pun tidak tinggal diam. BPBD dan Satpol PP akan turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan di lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat "Balimau" oleh masyarakat, seperti Pantai Pasir Jambak, Lori Lubuk Minturun, dan Pantai Padang.

"Kita akan pantau dan awasi ke tempat-tempat yang dijadikan lokasi 'Balimau' oleh masyarakat," kata Kalaksa BPBD Kota Padang, Hendri Zulviton.

Tradisi "Balimau" di Kota Padang tahun ini menjadi cerminan bagaimana masyarakat berusaha menjaga keseimbangan antara kearifan lokal, nilai-nilai agama, dan ketertiban umum. Di tengah imbauan dan pengawasan, semangat menyambut Ramadan tetap terasa kuat di setiap sudut kota.

Editor: Andarizal